Selingan lanjutan postingan sebelumnya, kali ini akan saya bagi cerita di Ijen Resort.
Sabtu, 30 Agustus 2014 sekitar pukul 10 pagi saya dan rekan-rekan sudah sampai di Hotel, rasa capek terbayar dengan hamparan view sawah dan hutan hijau dengan backgroud Gunung Ijen. Lobby hotel yang gak terlalu besar, suasana yang terbuka dan menyatu dengan alam, serasa kembali kerumah di kampung. Sebagian teman tidak sabar langsung berkeliling hotel dan berfoto-foto tanpa memperdulikan tas dan kunci kamar. Hedewwwhhh.....
Akhirnya saya dapat kamar 210 sekamar dengan David. Kamar kami paling dekat dengan lobby dan jalan keluar hotel. Viewnya luar kamar agak terhalang pohon-pohon yang rindang. Tapi suara air yang mengalir disungai kecil didepan balkon kamar, bikin suasana makin santai.
Tak panjang lebar, si David langsung pamit mau ke kolam berenang dulu, dan aku masih santai dikamar sambil bongkar isi tasku. Tak lama kemudian ada temen lain yang masuk ke kamar, nanyain kopernya, nah lho... kemana ya? Setelah kontak sana sini akhirnya kami ke kamar temen cowok yang lain dan ketemulah kopernya disana. Setelah dapat baru aku antar temen ke kamarnya, yang ternyata viewnya lebih luas dan dia sendiri dikamar itu. Gak perlu berlama-lama langsung aku susul david di kolam untuk berenang, ternuata dia sudah kedinginan. "Hahaha.... cemen lu, lemah" kataku. Airnya ternyata memang dingin, gak lama berenang kram kakiku kambuh, hedewh... jadi gak enak.
Sekitar jam 12 aku dan david balik ke kamar untuk siap-siap makan siang. Yang lain rupanya masih pada tidur, kecuali si bos yang sudah nunggu di area restoran. Makan siang dengan menu yang lumayan sederhana tapi rasanya mantab. Dan selesai makan, yang lain pada lanjut tidur, aku dan david iseng pingin pijit, hehe... tanya di hotel harganya lumayan mahal juga, ya sudah akhirnya kami sepakat cari diluar sambil jalan-jalan.
Tak disangka, pas turun kekampung kami dapat teman jalan karyawan hotel yang juga mau pulang. Akhirnya tanya info tukang pijit, dapatlah yang dulunya sering dipanggil ke hotel. Rumah sangat sederhana, dari kayu, dinding "gedeg" lantai tanah, inilah asli permukiman desa. Ibu si pemijit memang bener-bener ahli memijit dan tau urat atau otot yang perlu di betulkan. Keenakan pijit dan sambil kesakitan melihat si david yang antri sambil tertidur di kursi jadi pengen ketawa. Dari rumah sebelah terdengan musik khas banyuwangi "osing" yang merupakan lagu dangdut campursari dengan ejaan jawa osing asli banyuwangi.
Setelah kami berdua pijit, kembali ke hotel dan tidur dari sekitar jam 5 sampao dibangunkan temen-temen jam 7.30 untuk makan malam. Ternyata sekarang aku dan david yang ketinggalan. Makan sambil ngobrol sampai jam 11 malam sama staff dan gm hotel yang sangat wellcome. Restoran yang tadinya rame tamu yang umumnya bule, sampai sepi gak ada lagi tamu yang lain. Sudah cukup malam, aku kembali ke kamar untuk paking siap-siap traking ke kawah ijen.
Komentar
Posting Komentar