Langsung ke konten utama

Treking Gunung Gede, 2958 mdpl

INTERMEZZO

Seperti judul tulisan ini, kali ini saya coba menulis tentang pengalaman yang saya rasakan dalam pendakian ke gunung Gede, Cianjur Jawa Barat. Setelah lama tidak menulis, rasanya pingin lagi menuliskan dan berbagi pengalaman yang saya lihat, lakukan dan rasakan dalam perjalanan menapaki gunung Gede kali ini. Oke, tak perlu panjang - panjang lagi basa-basinya, saya mulai saja.

Gunung Gede Pangrango, sebelumnya saya kira nama tersebut adalah nama dari satu gunung saja. Ternyata nama tersebut adalah nama dari dua gunung yaitu Gede 2958 mdpl dan Pangrango 3019 mdpl (wikipedia). Nama Gede Pangrango adalah nama dari Taman Nasional yang memayungi kedua gunung tersebut, sehingga namanya dipakai menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Seperti nama-nama Taman Nasional yang lain, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru atau TNBTN yang juga merupakan satu kawasan yang terdiri dari dua gunung berapi Bromo dan Semeru.

Keinginan untuk naik gunung sudah ada jauh-jauh hari, namun untuk naik gunung yang bisa dicapai hanya dalm 2 hari saja. Kebetulan pada saat temen saya, namanya Rio bermain kekontrakan saya sekitar 2 minggu sebelum keberangkatan. Rio adalah anggota dari KPGBS, yang notabene memang berpengalaman dalam pendakian. Setelah ngobrol sana-sini, timbul pemikiran untuk naik gunung bersama pada long weekend 18-20 April 2014. Oh ya, dikontrakan saya tidak sendirian, dikamar saya ada 2 teman juga Indra dan hendri yang kebetulan juga pingin banget naik gunung. Saat itu kebetulan juga si Rio menawarkan pendakian bersama yang di tawarkan temannya di KPGBS, yang harinya pas dengan yang kita inginkan. Setelah menanyakan detailnya, akhirnya kita ambil paketnya dengan biaya Rp. 150.000,- / orang kita ambil untuk 4 orang.

Tepat pada hari jumat 18 April 2014 sejak pagi kita sudah bersiap dengan semua perlengkapan dan tinggal menunggu waktu untuk berangkat. Jam 2 siang hujan turun deras, yang tadinya sesuai kesepakatan jam 4 kita berkumpul di Terminal Kp. Rambutan untuk pergi bersama ke titik meeting poin dengan yang lain. Menunggu hujan tak kunjung reda, akhirnya kami ber 4 sepakat untuk menelfon taxi untuk bisa tepat waktu ke Kp. Rambutan. Selama diperjalanan hujan tidak juga reda, dan kita putuskan untuk langsung saja ke meeting poin daripada musti ke Kp. Rambutan naik angkot lagi, ribet dan hujan.

Sampai dilokasi, disitu kami di sambut kang Candra disini dia sebagai koordiantor expedisi kali ini, yang dinamakan Expedisi Lumbung Padi. Ngobrol sana sini sambil menunggu yang lain kumpul dan melengkapi kebutuhan yang ada. Jam sudah menunjukan di angka 8 dan kamipun bergegas naik ke kendaraan yang mengantar ke titik pendakian. Dua truk mengangkut kami dari daerah Klapanunggal, Bogor ke Gunung putri, Cipanas. Ternyata banyak juga pesertanya sampai gak bisa duduk, hanya cewek-cewek saja yang bisa duduk.

Setelah sampai di pos 1, kami rehat dahulu sambil menunggu waktu pagi untuk memulai pendakian. Disini banyak warung yang buka dan menyajikan berbagai makanan dan minuman. Sekitar jam 2 pagi, saya dan ke tiga teman saya makan dahulu untuk persiapan. Tepat pukul 4 kami mulai pendakian jalan penuh dengan para pendaki sehingga jalanpun musti antri. Memang sejak datang di pos 1, banyak sekali pendaki yang akan melakukan pendakian. Mungkin memang waktunya yang bertepatan dengan long weekend.

TREKING

Awalnya saya sama sekali tidak menduga bahwa trek yang akan saya lalui seperti ini, tanpa bonus alias nanjak terus..... ffyuuhh... Sebelumnya sepet baca juga beberapa artiket di blog yang menyatakan kalau treknya cukup curam, namun gak mengira kalau sepanjang pendakian akan seperti itu. Pendapat ini ada karena saya berkaca dari pengalaman sebelumnya ketika mendaki Rinjani dan Semeru, bahwa trek awal cukup ringan dan banyak bonus meskipun treknya panjang.

Trek dari Putri ini cukup lumayan bagus, karena sudah di cor dan dibeberapa bagian masih berupa batu namun rapi dan enak untuk ditapaki. Sepanjang perjalanan saya, Indra dan Rio selalu didepan meninggalkan Hendri dibelakanng yang katanya mau menikmati langkah demi langkah pendakiannya, bener gak ya? hehe... yang jelas sering kali kami ber tiga istirahat agak lama sambil menunggu si Hendri muncul. Kadang kala sambil menunggu si Hendri, si Rio malahan bisa molor, maklum semalam memang kita istirahatnya kurang.

Disepanjang trek dipenuhi vegetasi dari pohon-pohon yang tinggi dan besar, selepas dari wilayah pemukiman sampai ke surya kencana semua dipenuhi pohon besar dan lebat. Bener-bener trek yang menyejukkan dan banyak suara burung disana sini. Cahaya mataharipun tidak terasa terik dan menyengat karena banyak terhalang oleh daun dari pada pohon-pohon besar tersebut. Meskipun banyak pepohonan, namun tidak ditemukan satupun titik sumber air sepanjang perjalanan.

Setiap berhenti istirahat di pos, pasti ada penjual yang menawarkan nasi uduk, mie instan dan minuman panas. Trek pendakian yang bener-bener sudah menjadi wisata, penjual disana-sini gak perlu takut kelaparan haha.... Sampai di gerbang Surya kencana juga disambut beberapa pedagang makanan yang menggelar lapaknya dipinggir jalan. Kalau untuk wisata sih enak... cuman kalau untuk merasakan tantangan yang bener-bener alam, kayaknya jadi kurang.

SURYA KENCANA

Area datar yang sangat luas dan banyak terdapat Eidelweis, aliran sungai kecil ditengah dataran menjadi sumber air yang dimanfaatkan oleh para pendaki yang menginap dan mendirikan tenda di area ini. Saat itu cukup banyak pendaki yang menginap ditempat ini. Suasananya menjadi seperti pasar, bukan lagi gunung. Mungkin memang karena akhir pekan, dan jarak gunung ini yang tidak terlalu jauh dari Ibu kota.
Semakin malam semakin dingin, dan kami pun beristirahat.
Dari area surken ini, ke Puncak Gede hanya cukup dengan 20-30 menit saja, dengan trek yang langsung menanjak dan jalan setapak yang sudah tertata batu. Sayang sekali waktu itu cuaca kurang bersahabat, kabut datang sehingga tidak dapat menikmati pemandangan diperjalanan.

PUNCAK GEDE 2958 mdpl

Puncak bibir kawah gunung Gede di ketinggian 2958 mdpl. Seperti karakter puncak gunung pada umumnya, namun kandungan pasir tidak terlalu mendominasi.
Ketika itu kami tiba dipuncak sekitar pukul 11.00 dengan cuaca yang penuh dengan kabut dan gerimis embun. Sangat ramai sekali sehingga susah dan harus antri untuk dapat naik ke puncaknya. Sampah juga ada dikanan kiri jalan dan bau menyengat yang sangat tidak seharusnya ada. Tak hanya itu, ternyata di puncakpun banyak yang mendirikan tenda dan menginap disana.


TREK CIBODAS

Setelah dirasa cukup akhirnya kami memutuskan turun melalui Cibodas, dengan cuaca yang sudah mulai hujan. Lagi-lagi begitu padatnya pendaki atau pengunjung pada saat itu, hingga harus perlahan-lahan untuk turun. Trek ke Cibodas ini saya lebih menemukan banyak yang berbeda, tidak seperti trek Gunung putri yang menanjak dan penuh pohon-pohon besar.
Ditrek ini kita bisa bertemu Kandang badak, ini bukan kandang badak dalam arti sebenarnya. Kandang badak adalah suatu dataran yang biasa dijadikan camp terakhir sebelum summit untuk yang dari Cibodas. Disini juga menjadi tempat persimpangan trek antara puncak Gede dan Pangrango.
Sealain itu ditrek ini juga tidak terlalu curam kecuali tanjangan setan atau apalah namanya. Ditrek ini kita harus menggunakan bantuan tali, karena ini adalah jurang yang cukup dalam, mungkin lebih dari 20 m.
Sebenarnya ada jalur alternatif yang lebih landai, namun karena padatnya jalur hingga harus mengantri dan mengantri, ya... sudah lah kami pilih jalur ini. Cukup licin karena waktu itu hujan, dan alhamdulillah lancar sampai bawah. Cukup seru juga, ini yang membuat berbeda dari trek yang lain.
Jalur Padat dan Macet
 Selain itu, trek Cibodas memang lebih panjang bila dibandingkan dengan trek gunung putri, namun trek ini cukup landai dan enak untuk di lalui. Terdapat juga persimpangan ke Air terjun, dan juga melalui aliran air panas. Setelah semakin mendekati Cibodas, trek sudah dibuat sangat bagus, karena merupakan daerah rawa, sehingga dibuatlah semacam trek melayang atau jembatan yang cukup cantik.

Keren kan trek nya? dari trek ini tak sampai 1 jam sudah sampai ke Pos Cibodas


Sekitar jam 4 sore, setelah melapor kami bergegas mencari tempat istirahat untuk santai, makan, mandi dan ganti pakaian yang sudah basah dan kotor.

Setelah selesai istirahat, dan sehabis maghrib kami putuskan untuk segera kembali keJakarta. dengan naik angkot ke Jalan Raya Cibodas untuk selanjutnya naik Bus ke Jakarta. Angkot dari Kebun raya Cibodas Rp. 50.000 / angkot dan untuk bus ke Jakarta 20.000 / orang.

Kapan Jalan lagi ke Gunung gede atau Coba ke Gunung Pangrango.......?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

arema 1 0 persidafon

minggu 9 mei 2010 kanjuruan, kembali arema menunjukan tajinya pada piala indonesia dengan mengalahkan tim divisi utama asal bumi papua persidafon dafonsoro. meski tidak diperkuat bomber asal negeri singa NAS, arema tetap tampil impresif. hujan deras sejak sebelum pertandingan dimulai membuat lapangan licin dan kedua tim sulit mengembangkan permainan. skor kacamata bertahan hingga turun minum. masuknya pemain tengah a. bustomi membuat permainan arema menjadi lebih hidup. tekanan bertubi tubi dilancarkan oleh r chemelo dan dendi s. arema baru bisa mencetak gol melalui heading striker muda dendi santoso. memanfaatkan tendangan penjuru bola langsung disundul oleh dendi dan bola berbelok arah setelah menyentuh pemain belakang persidafon.

Road to Kawah Ijen & Jatim Park, part 1

Perjalanan Jakarta-Surabaya-Banyuwangi 29-30 Agust 2014

Bersetubuh yang halal

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Ada istilah “wath’u” (الوطء) dan istilah “jima’” (الجماع), keduanya dimaksudkan untuk hubungan badan atau bersetubuh. Dalam istilah fiqih, jima’ didefinisikan dengan memasukkan kemaluan laki-laki pada kemaluan perempuan sehingga seakan-akan seperti satu kesatuan. Macam Jima’ Perlu sekali kita mengetahui tentang masalah jima’ ini karena akan berkonsekuensi pada hukum halal dan haram. Ada jima’ (hubungan badan) yang menyebabkan seseorang terjerumus dalam dosa bahkan dosa besar. Namun ada jima’ yang mengantarkan pada meraih pahala. Oleh karena itu, para ulama fiqih membagi jima’ menjadi dua macam, yaitu jima’ masyru’ dan jima’ mahzhur. Jima’ masyru’ adalah jima’ yang halal, yaitu berhubungan badan dengan istri atau hamba sahaya. Namun jima’ seperti ini dapat berubah menjadi haram (jima’ mahzhur) ketika menyetubuhi istri dalam keadaan haidh atau nifas. Jima’ mahz